Sunday, May 23, 2010

Shrek Forever After


"You never know what you had until they're gone"

Ya, itulah quotes yang paling kena bagi saya dari film ini. Shrek Forever After (2010) adalah film terakhir dari tetralogi shrek. Masih dengan tokoh dan pengisi suara yang sama, shrek kembali tampil dengan ciri khasnya, memutar balikkan teori para cerita fairytale namun semuanya dikemas dengan indah dan tetap dengan jokesnya yang segar.

Shrek 4, bercerita tentang kehidupan shrek setelah memiliki 3 anak yang berjalan sangat datar. Sebagai ogre yang dahulu hidupnya dipenuhi ancaman dan rasa takut orang-orang sekitar, shrek merasa jenuh dan muak terhadap kehidupannya. Pada saat itulah, rumpeltstiltskin, peri(?) yang bekerja dengan kontrak datang dan merubah hidup shrek yang datar menjadi sebuah hidup yang penuh ketegangan lagi. Tidak hanya tegang, kehidupan baru shrek inipun memiliki ancaman yang akan membuatnya mati dan tidak ada lagi di dunianya.


Seperti biasa, shrek hadir dengan gambar yang sangat berbeda dari gambar fairytale disney pada umumnya. Tidak seperti Aladdin, Snow White, Sleeping Beauty dan lain-lain yang bergambarkan sangat khas disney dan penuh dengan gambar-gambar cantik, shrek 4 hadir dengan gambar yang cukup realistis untuk proporsi tubuh manusia dan sebagainya sehingga terlihat lebih nyata dibandingkan cerita fairytale disney lainnya yang gambarnya bisa dikatakan "menjual mimpi". Apalagi ditambahkan dengan grafis 3D, shrek 4 terasa semakin hidup dan semakin nyata. Sayangnya, dalam penayangan 3D terdapat subtitle yang menurut saya pribadi, sangat mengganggu karena subtitle itu membuat saya tidak bisa fokus terhadap gambar 3D yang memang bagus. Penggunaan subtitle sendiri sebetulnya menurut saya pribadi tidak terlalu perlu karena shrek merupakan film dengan kategori semua umur yang notabene bahasa inggris yang digunakan tidaklah terlalu berat meskipun memang ada 2-3 kata yang berat tapi hanya kehilangan 1 kata tidak berarti kita akan kehilangan inti film ini kan?

Berbeda dari prequel-prequel terdahulunya, lagu dalam shrek 4 ini tidak terlalu ditekankan seperti pada shrek 2 yang memang memberikan adegan pada fairygodmother untuk bernyanyi karaoke dan beraksi menekankan pada lagu, shrek 4 memang terdapat adegan seperti itu tapi lagu yang dimunculkan kebanyakan tidak berlirik sehingga lebih menekankan pada adegannya dan penonton tidak dibuat bingung untuk memperhatikan musik, kata-kata, atau gambarnya karena ketiga elemen tersebut menjadi satu hal yang padu dalam adegan-adegannya.

Penggambaran background dan settingnya cukup detail. Dengan akar-akar pohon yang terlihat gradasi warna dan kekusamannya, hingga bintik-bintik pada muka ogre meskipun tidak sedetail sampai pori-porinya. Tapi dalam penggambaran rambut (biasanya disebut bulu, tapi bulu adalah kosakata untuk burung) untuk donkey dan puss in boots juga rambut fiona, digambarkan dengan cukup detail dan terlihat helai-perhelainya. Setting-setting lainnya memang masih digambarkan sekedar "cukup memenuhi standar" untuk film 3D dan menurut saya pribadi penggambaran itulah yang membuat shrek terlihat sebagai film fairytale dari disney.

Dari segi cerita, shrek 4 benar-benar bisa membuat tersentuh. Apalagi dengan quotes yang saya tuliskan di awal review ini. Film ini benar-benar penuh dengan pesan moral yang sebetulnya kita sudah sadari di kehidupan sehari-hari tapi seiring waktu kita lupakan. Seperti pesan moral yang merupakan sebuah ide utama cerita ini, bahwa semua orang itu penting dan memiliki perannya masing-masing. Shrek 4 mampu membuat saya bergidik dengan adegan romansanya dan adegan-adegan melankolis yang dicampur adegan humor tapi pencampuran adegan itu semakin membuat suasana terasa mendalam. Shrek 4 juga memutar sebuah fakta fondasi dasar dari cerita disney lainnya. Kalau di film disney lainnya pangeran menyelamatkan putri, mari kita putar fakta tersebut disini. Dimana film ini mengangkat bahwa wanita tidaklah selemah itu sehingga harus selalu diselamatkan oleh pangeran.

Pengisi suara shrek 4 masih sama seperti shrek-shrek sebelumnya, dengan Cameron Diaz, Eddie Murphy dan Antonio Banderas. Sayangnya, disini bagian Antonio Banderas kurang terlihat dan kurang terasa feelnya karena ada satu dan lain hal yang menyangkut puss in boots sehingga mau tidak mau cara berbicaranya pun harus dirubah dan suara Antonio Banderas kurang terasa meskipun masih dengan bahasa spanyolnya yang khas. Eddie Murphy pun masih tetap berisik disini. Bersiaplah mendengarkan banyolan dan pasang kuping tajam-tajam mendengar omongan donkey yang seperti penyanyi rap karena kebanyakan jokes di shrek ini berasal dari omongan donkey.

Well after all, film ini tidak mengecewakan ekspektasi saya yang tinggi. Adegan yang saya tunggu-tunggu pun dikeluarkan dengan sempurna dan ah, membuat saya ingin berguling-guling yang saya tahu tidak mungkin saya lakukan di kursi bioskop. Tapi untuk kekurangan film ini mungkin karena plot ceritanya yang terlalu cepat. Well, it doesn't really matter though. Sekedar saran, sebetulnya film ini lebih asik dinikmati secara 3D. Tapi sayang sekali subtitle yang mengambang sangat mengganggu jadi saya rasa tidak terlalu masalah juga untuk yang ingin menonton yang biasa. Banyak sekali adegan yang bisa membuat kita ingin berkata "awwww~". And for the last words, the quotes really hit me.

No comments:

Post a Comment

Feel free to comment. I do appreciate critics since hey, i'm an amateur here. Thanks.